Laman

Selasa, 13 April 2010

Beberapa Vektor Penyakit serta Pengendaliannya

Wilayah perkotaan mengalami perubahan yang sangat besar akibat banyaknya industri yang didirikan. Hal ini menyebabkan penduduk yang tinggal di pedesaan mulai berpindah ke kota untuk menjadi tenaga kerja. Selain itu faktor yang menyebabkan mereka berpindah (urban) adalah faktor ekonomi. Dengan adanya pendirian industri tersebut menyebabkan lingkungan yang hijau kini menjadi gersang akibat ditebang untuk dijadikan lahan industri dan perumahan. Seiring dengan perubahan waktu maka hal tersebut menimbulkan beberapa dampak terhadap lingkungan sekitar, salah satu dampaknya adalah penularan penyakit.
Dalam kenyataanya, penyebaran penyakit dipengaruhi oleh aktivitas manusia yang mengubah ekosistem. Berbagai hal yang mempengaruhi pola distribusi penyakit dan timbulnya penyakit menular antara lain adalah pemukiman masyarakat, penebangan hutan, pembangunan bendungan, pengeringan, dan perencanaan irigasi agrikultur, dan perubahan iklim. Salah satu sebab tumbuhnya penyakit adalah adanya vektor.
Vektor adalah organisme yang berperan dalam penyebaran organisme patogen dengan manusia atau dari hewan ke manusia. Vektor serangga penghisap darah yang dapat mencerna bakteri dapat menyebabkan organisme membawa darah yang telah terinfeksi kemudian menularkan ke tempat lain pada saat bersamaan.
Hewan yang termasuk ke dalam vektor penyakit adalah yang pertama nyamuk, tiga jenis nyamuk yang umum terdapat di pemukiman perkotaan adalah Culex quinquefasciatus, Anophele, Aedes aegypti. Yang kedua lalat, serangga ini memiliki keunikan dibandingkan dengan serangga lain, yaitu biasa meludahi makanannya sendiri, lalat hanya bisa makan dalam kondisi cair. Reaksi lalat terhadap makanan yang dihadapi akan mengeluarkan enzim, agar makanan tersebut menjadi cair, setelah cair makanan akan disedot masuk ke dalam perut sehingga akan mudah bakteri dan virus turut masuk ke dalam saluran pencernaannya dan berkembang di dalamnya. Ketiga tikus dan mencit, yang termasuk hewan mengerat (rodensia) yang lebih dikenal sebagai hama tanaman pertanian, perusak barang di gudang dan hewan penggangu menjijikkan di perumahan. Belum banyak diketahui dan disadari bahwa kelompok hewan ini juga membawa, menyebarkan dan menularkan berbagai penyakit kepada manusia, ternak dan hewan peliharaan. Rodensia komensal yaitu rodensia yang hidup di dekat tempat hidup atau kegiatan manusia ini perlu lebih diperhatikan dalam penularan penyakit.
Selain ketiga hewan tersebut serangga terbang yang lain juga dapat menularkan penyakit. Dalam pengertian yang luas, organisme yang tidak termasuk keluarga serangga juga termasuk vektor, seperti laba-laba, keong, dan yang lainnya tersebut dijadikan perantara sebagai parasit manusia, dan binatang penghuni gudang sebagai patogen tertentu.
Vektor penyakit memiliki dampak terhadap kesehatan, antara lain: Nyamuk Aedes aegypti (menyebabkan penyakit demam berdarah dan cikungunya), Culex quinquefasciatus (menyebabkan penyakit disentri), dan Anopheles gambiae (menyebabkan penyakit malaria). Lalat menyebabkan penyakit gastrointestinal pada manusia. Larva dan lalat dewasa (M. Domestica) sering termakan ayam, kemudian menjadi “hospes intermedier” cacing pita pada ayam dan kalkun. Tikus dan mencit, penyakit bersumber rodensia yang disebabkan oleh berbagai agen penyakit seperti virus, rickettsia, bakteri, protozoa dan cacing dapat ditularkan kepada manusia secara langsung, melalui feses, urin dan ludah atau gigitan rodensia dan pinjal dan tidak langsung, melalui gigitan vektor ektoparasit tikus dan mencit (kutu, pinjal, caplak, tungau).
Dengan adanya dampak tersebut maka perlu adanya penanggulangan dalam mengatasi adanya vektor penyakit. Dalam pengendalian vektor tidaklah mungkin dapat dilakukan pembasmian secara tuntas, yang mungkin dapat dilakukan adalah usaha untuk mengurangi dan menurunkan populasi satu tingkat yang tidak membahayakan kehidupan manusia. Adapun caranya adalah dengan menggunakan teknologi bioremediasi. Teknologi inin pada umumnya digunakan untuk meningkatkan kualitas air yang identik dengan mengubah kualitas air itu sehingga daur hidup A. aegypti, C. quinquefasciatus dan Anopheles gambiae dapat keluar dari suatu ekosistem yang baru, misalnya dapat diterapkan di suatu pemukiman perkotaan.
Untuk pengendalian lalat, ada 4 strategi manajemen dasar, yaitu memelihara kotoran tetap kering, metode biologi, metode mekanik yaitu dengan biosekuriti, yang meliputi (1) Manajemen kebersihan: Pembersihan dan desinfeksi kandang, terutama setelah panen (2) Manajemen sampah Pembuangan litter, kotoran dan bangkai ayam, (3) Manajemen kandang: Ventilasi, pengendalian kelembaban litter dan kebocoran air dan (4) Kontrol kimia melalui aplikasi insektisida atau obat-obatan.
Cara pengendalian tikus dan mencit ada 2, yaitu: (1) Cara penempatan perangkap. Apabila terdapat tanda keberadaan tikus, pada sore hari dilakukan pemasangan perangkap yang tempatnya masing-masing lokasi sebagai berikut. Core perangkap diletakkan di lantai pada lokasi ditemukannya tanda keberadaan tikus, di Inner Bound perangkap diletakkan di pinggir saluran air, taman, kolam, di dalam semak, sekitar TPS, dan tumpukan barang bekas. (2) Pemberantasan tikus dan mencit secara kimiawi dengan umpan beracun. Pengendalian tikus dengan menggunakan umpan beracun atau perangkap berumpan racun mempunyai efek sementara, racun perut (rodentisita campuran, antikoagulan kronik) adalah umpan beracun yang hanya dianjurkan digunakan di daerah/tempat yang tidak dapat dicapai oleh hewan.
Pencegahan tikus dan mencit di lingkungan perumahan adalah sanitasi lingkungan. Pencegahan berdasar sanitasi lingkungan adalah pengendalian melalui upaya penyehatan lingkungan di dalam dan di luar ruang/bangunan rumah (lingkungan sekitarnya), terutama yang menyangkut penyimpanan bahan makanan, sisa makanan dan pembuangan limbah makanan.
Oleh karena itu, perlu adanya gerakan baru mengenai penanggulangan vektor penyakit supaya masyarakat sadar akan bahaya yang akan mengancam kesehatan mereka, salah satunya adalah menjaga kondisi lingkungan di sekitar kita supaya tetap bersih dan bebas dari sarang vektor penyakit. Selain itu pengendalian vektor penyakit juga harus dilakukan untuk mengurangi dan menurunkan populasi vektor penyakit tersebut.

Inventarisasi Parasitoid dan Predator Hama Kutu Pseudococcidae pada Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.)

Parasitoid dan predator merupakan bagian dari agen pengendalian biologis. Mereka berperan sebagai pengendali populasi hama. Pseudococcidae merupakan salah satu famili yang menyerang tanaman jarak pagar (J. curcas). Serangga ini dapat menurunkan produksi tanaman jarak pagar karena dapat menyebabkan daun menguning, memperlambat pertumbuhan tanaman, dan menyebabkan kematian tanaman. Selain itu mereka juga dapat berperanan sebagai vektor penyakit tanaman.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui parasitoid dan predator hama kutu Pseudococcidae pada tanaman jarak pagar (J. curcas). Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif eksploratif. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Mei sampai dengan bulan Agustus 2009 di kebun percobaan Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (BALITTAS) di Karangploso Malang, Asembagus Situbondo, dan Muktiharjo Pati. Identifikasi dilakukan di Laboratorium Entomologi BALITTAS Malang. Objek penelitian ini adalah parasitoid dan predator hama kutu Pseudococcidae yang menyerang tanaman jarak pagar. Daun jarak pagar yang terserang hama kutu Pseudococcidae dimasukkan dalam wadah, kemudian ditunggu sampai keluar parasitoidnya ± 5-7 hari. Untuk pengawetan, hewan yang muncul diletakkan pada cup yang berisi alkohol 80%. Kemudian diamati di bawah mikroskop cahaya, dan diidentifikasi morfologinya dengan menggunakan bantuan buku identifikasi serangga Bulletin of the British Museum (Natural History) (Noyes & Hayat, 1984) dan Pengenalan Pelajaran Serangga (Borror et al, 1996).
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa parasitoid yang yang ditemukan dari hama kutu Pseudococcidae pada tanaman jarak pagar (J. curcas) ada 12
spesimen, yaitu genus Aenasius (jantan dan betina), Leptomastix, Anagyrus, Granusoidea, Neoplatycerus, dan Genus a (famili Encyrtidae), Genus b (famili Braconidae), Genus c dan Genus d yang merupakan ordo Hymenoptera, Genus e (famili Phoridae) dan Genus f (famili Tachinidae) yang merupakan ordo Diptera. Predator yang ditemukan ada 2 spesimen yaitu Scymnus (familili Coccinellidae) yang merupakan ordo Coleoptera dan Chrysoperla (famili Cryshopidae) yang merupakan ordo Neuroptera.

Senin, 12 April 2010